Kuterima kiriman rindumu dengan utuh pada angin sepoisepoi berwujud nafas yang hangat di pucuk hidungku kuendus dan meresap sampai ke hati kuteliti tekun di rongga dada sebentuk setia yang pernah kau janji pada daundaun bahwa jiwa tak pernah menua bahkan saat mentari kehilangan pijarnya kuharap kau mau ulangi jejak kita yang usang pada malam ketika mata kita bersirobok lekat tak bersekat pada pagi saat kau seka bulir bening di sudut keningku tak lekang aromamu manis merebak di taman samping tiada jemu kureka hingga raga merebah pasrah dan kutemukan kau ternyata masih jauh seketika... desah rumpun bambu menertawakanku (malampenantian261011) |
|
Sabtu, 29 Oktober 2011
Kau (...kah Itu?)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar